-
►
2011
(123)
- ► 3 Juli - 10 Juli (2)
- ► 26 Juni - 3 Juli (3)
- ► 12 Juni - 19 Juni (2)
- ► 3 April - 10 April (6)
- ► 20 Maret - 27 Maret (3)
- ► 23 Januari - 30 Januari (10)
- ► 16 Januari - 23 Januari (23)
- ► 9 Januari - 16 Januari (18)
- ► 2 Januari - 9 Januari (24)
-
▼
2010
(450)
- ► 26 Desember - 2 Januari (26)
- ► 24 Oktober - 31 Oktober (16)
- ► 17 Oktober - 24 Oktober (31)
- ► 10 Oktober - 17 Oktober (69)
- ► 3 Oktober - 10 Oktober (38)
-
▼
12 September - 19 September
(57)
- Plesetan Pepatah yg Gokil Abizz
- Pesawat Yang Tenaga Tempurnya Setara 10 Pesawat Su...
- Hanya Perlu 1 Jam Untuk Menghabisi Bangkai Gajah d...
- Monyet Gendong Kucing di Bali Jadi Berita Dunia
- 6 Mobil Tercepat di Dunia 2010
- Mobil-mobil Elite Polisi Di Berbagai Negara
- Kisah haru sang bapak Menggendong Mayat Anaknya
- Pasukan Bayangan RI No.1 Dunia
- 18 Fakta Tentang Miyabi
- Tata-cara Penyembelihan Hewan Yang Benar
- Gaya Bercinta Untuk Menentukan Jenis Kelamin Anak
- Sejarah Dan Jenis-jenis Dinosaurus
- Meningkatkan Kecepatan Browsing Internet
- "Caligula" Kaisar Gila dan Kejam Dari Roma
- Penyanyi-penyanyi Dengan Suara Tertinggi
- 5 Lautan / Samudera Terdalam di Dunia
- Etika ngeblog
- 7 Karya Arsitektur Kuno Paling Menakjubkan
- Daftar Perusahaan Pengguna Server Terbesar di Dunia
- Belajar Menghipnotis Orang Lain
- Proses Pembuatan Millau Bridge, Jembatan Tertinggi...
- Mutasi Genetik : Bocah Ini Tidak Bisa Merasakan Sakit
- Faktor Penyebab Indonesia Sulit Tegas Terhadap Mal...
- Tokek Dengan Harga Mencapai Milyaran
- Kitalah Yang Menciptakan Masalah
- 118 Fakta Aneh Tapi Nyata Tentang Sains
- Keeley Hazell: Wanita Tercantik Sedunia
- Rumah Hobbit Bekas Lokasi Syuting Film Lord Of The...
- Saat-saat Terakhir Presiden Soekarno
- Kisah haru sang bapak Menggendong Mayat Anaknya Ka...
- Senjata-senjata Rahasia Ninja
- Perpustakaan Pertama di Dunia Yang Super Lengkap
- Memakai Korset Dan Efeknya Terhadap Kesehatan
- Gedung "DPR" nya Berbagai Negara di Dunia
- Jalan Tol Pertama di Indonesia: Jalan Tol Jagorawi
- Jam Mekkah Membuat Jam Bigben di Inggris Terlihat ...
- Google Translator gadget : Mengubah 51 Bahasa Seca...
- Daftar Kode Warna Dengan Tabel
- Cara setting microsoft outlook menggunakan gmail &...
- 10 Anak Ajaib
- Bangunan Misterius di Dunia
- Pasang emoticon Onion Head (kucing) di kotak komentar
- kumpulan foto foto NGAKAK Artis opera van java
- 10 Pesawat Pribadi milik milyader kelas Dunia
- Bung Karno Pernah Dicoba Dibunuh 6 Kali
- OBAT BATUK TRADISIONAL
- Obat Batuk Tradisional
- Membuat efek Marquee
- Tips Membuat Super duper Password yang Tak Mudah D...
- Pidato Soekarno 'Ganyang Malaysia' yang membakar s...
- Inilah Lima Dosa Besar Malaysia Terhadap Indonesia...
- 500 website Malaysia yang di Hack oleh Hacker Indo...
- Perang Hacker Indonesia Vs. Malaysia
- Antara Hacker Dan Cracker
- Alasan Pemblokiran Blackberry Di Berbagai Negara
- Gunung Datar Terbesar di Dunia
- Mike Portnoy Keluar Dari DREAM THEATER
- ► 18 April - 25 April (6)
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah. Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger
Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. “Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari”. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya. Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu.
Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun.
Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya.
Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.
Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. “Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia”, ujarnya.
-
Pesan Gw : Komentar Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan BLOG ini...