-
▼
2011
(123)
- ► 3 Juli - 10 Juli (2)
- ► 26 Juni - 3 Juli (3)
- ► 12 Juni - 19 Juni (2)
- ► 3 April - 10 April (6)
- ► 20 Maret - 27 Maret (3)
- ► 23 Januari - 30 Januari (10)
- ► 16 Januari - 23 Januari (23)
- ► 9 Januari - 16 Januari (18)
-
▼
2 Januari - 9 Januari
(24)
- 10 Gitar Termahal di Dunia Beserta Nama Pemiliknya
- Danau Galilee Fenomena Yang Menyeramkan
- Fakta Tentang Buah Durian
- Manfaat Jengkol
- 10 Aktifitas Yang Dapat Merusak Otak
- Survei Online Perbandingan Gaji Tenaga IT di Asia
- Susunan Raja - Raja Di Yogyakarta
- Penyebab Kita Selalu Mengantuk
- Fakta Unik Tentang Tanaman Lidah Buaya
- Biografi Sang Pendiri Playboy
- "The Cashflow Quadrant" Sebuah Metode Kehidupan Anda
- Jet Li, Jagoan di Dalam dan di Luar Film
- Harga Denda Bagi Pelanggar Lalu Lintas
- Inilah 10 Kejanggalan Kasus Gayus
- Musisi Berkarya Hanya Untuk Uang?
- Peraturan Baru, Bikin F1 Lebih Seru!
- 10 Tempat Pemicu Alergi
- Hisapan Ombak Mistik Parangtrirtis 'Dibuktikan' Se...
- 10 Negara Dengan Akses Internet Tercepat
- 7 Pulau Dengan Penduduk Terbanyak di Dunia
- Kereta Api Tercepat di China Mencapai 486km per jam
- Manfaat Perpaduan Minyak Zaitun dan Bunga Lavender
- Manfaat Buah Alpukat
- Jembatan Terpanjang di Dunia Selesai dalam 4 tahun
-
►
2010
(450)
- ► 26 Desember - 2 Januari (26)
- ► 24 Oktober - 31 Oktober (16)
- ► 17 Oktober - 24 Oktober (31)
- ► 10 Oktober - 17 Oktober (69)
- ► 3 Oktober - 10 Oktober (38)
- ► 18 April - 25 April (6)
Istilah industri musik yang kita kenal adalah serangkain pekerja, dari mulai pengarang lagu, arranger, pemain musik, sound engineering, producer, music director, dan seterusnya hingga ke sales dan marketing. Itulah industri musik. Lalu pernahkan ada yang berfikir bahwa istilah "industri" itu benar-bernar berkaitan dengan industri (sebagai teknologi) dari perkembangan musik itu sendiri? Sementara melihat dari perkembangan musik (recording) sangat bergantung dari teknologi itu sendiri.
Sekilas Industri Rekaman
Industri rekaman muncul bersamaan dengan penemuan phonograph pada tahun 1877. Ada tiga pemain besar industri rekaman ini yaitu, VICTOR, COLUMBIA, dan HMV (His Master's Voice) hingga akhir perang dunia II. Saat itu alat rekan (recording) hanya ditujukan kepada pengacara, bisnisman, dan reporter. Fungsi alat rekam ini untuk mempermudah penulis steno. Sayangnya bisnis ini gagal dan alat rekam menjadi mahal yang tidak layak untuk dimiliki.
Tahun 1899 seseorang mempunyai ide brilian, yaitu dengan merekam lagu-lagu klasik ke sebuah plat lalu memasangnya di tempat keramaian dan bisa didengarkan dengan memasukan uang (jukebox). Sejak penemuan alat ini maka beramai-ramai perusahaan gramophone memodifikasi alat-alat mereka untuk kebutuhan hiburan tadi, selain budget pembuatannya menjadi lebih murah. Sejak ini lah bisnis rekaman memasuki wilayah hiburan (entertainment).
Musik, Militer, dan Copyright
Perang Dunia II adalah masa-masa yang menyedihkan, akan tetapi tidak pada bisnis musik. Meningkatnya permintaan alat rekam dan player musik bagi para prajurit di medan perang. Hiburan musik ternyata membantu merilekskan prajurit. Permintaan yang tinggi akhirnya dipenuhi dengan modifikasi plat berukuran 10 inch menjadi 16 inch (untuk durasi kira-kira 15 menit). Kebetulan ukuran 16 inch ini adalah ukuran yang digunakan oleh banyak station radio. Bersamaan dengan itu lah maka hiburan musik di radio makin tinggi. Sayangnya tingginya hiburan radio tidak memberikan keuntungan bagi pemilik lagu.
Untuk pertama kalinya, Fredrick Malcolm Waring, melakukan penuntutan kepada radio station masalah copyright di Pennsylvania. Usaha Fred tidak sia-sia, walaupun pada awalnya tuntutan tersebut tidak digubris namun pada tahun 1942, James Petrillo (President of the American Federation of Musicians), memenangkan royalti bagi para pemegang copyright lagu dari setiap lagu yang digunakan radio.
Kekuasaan Durasi
Jika kita melihat sejarah dan perkembangan musik tadi, nampaknya teknologi alat rekam (recorder) dan alat pemutar (player) musik sangat berpengaruh bagi perkembangan karya musik. Jika kita kembali kepada masa kemunculan musik klasik maka jelas berbeda dengan musik masa modern (industri).
Musik klasik, pada awalnya digunakan pihak gereja sebagai media puji-pujian lantas digunakan sebagai hiburan kerajaan dan pementasan teatrikal. Tak heran jika musik-musik jenis ini tidak "terkungkung" oleh durasi. Begitupun dengan judul dan syair. Judul lagu-lagu pujian cenderung sebagai nama doa dan syair hanya menggunakan naskah doa saja. Sementara untuk musik pengiring teatrikal cukup terbantu dengan naskah cerita saja. Tidak heran jika judul lagu-lagu klasik lebih mirip kode-kode chord yang dimainkan. Saat itulah musik dan pemusik menelurkan karyanya mirip dengan seorang pelukis. Bahwa nada yang dihasilkan mampu memberikan multi-interpretasi.
Berbeda dengan musik-industri, mereka tercipta atas keterbatasan media dan durasi. Sejak musik menggunakan plat 16 inch dengan durasi 15 menit maka saat itu musik mulai dibatasi durasi media (vinyl). Kita mungkin masih ingat jaman kaset. Kaset merupakan industri mapan sejak pergantian media vinyl ke cassette. Budaya bermusik berubah, dari mulai stasiun radio hingga kelahiran walkman.
Kaset, lahir dengan beberapa versi durasi, C-15 (untuk durasi 15 menit) hingga C-90 (untuk durasi 90 menit). Sayangnya dalam pemutar (player) kaset ini membutuhkan dua sisi untuk bisa digunakan, munculah istilah SIDE A dan SIDE B. Pemunculan ini ternyata berdampak pada musisi dan pembuat lagu. Perusahaan rekaman (label) meminta lagu andalan untuk dipasang di side A, sementara lagu sisanya cukup di side B. Pengarang lagu pun mulai khawatir jika musiknya berdurasi lama, perlahan-lahan durasi lagu yang dulunya tidak terbatas oleh durasi mulai (mau tak mau) tunduk kepada aturan durasi dan side kaset tadi. Lagu Supper's Ready-nya Genesis mungkin menjadi lagu terakhir yang terpanjang untuk sebuah lagu dalam kaset. Bagaimana tidak, dengan lagu sepanjang itu satu Side hanya bisa diisi dengan 2 lagu. Artinya, satu kaset durasi 60 menit cuma bisa menampung 4 lagu? Sorry.. secara penjualan akan susah laku. Karena pembeli kaset akan senang bila dalam satu kaset terdapat banyak lagu, kalau perlu bonus track.
Sales, Marketing dan Musik Televisi
Durasi lagu untuk kaset rata-rata berkisar antara 4 - 5 menit, jadi untuk kaset 90 menit maka akan ada sekitar 9 - 10 lagu di tiap side kasetnya. Pada masa ini, bisnis musik benar-benar sudah layak disebut sebagai industri. Bagaimana tidak, penjualan musik mulai memasuki babak mendunia. Band dan musisi bertumbuhan dan hidup layak dari bermusik. Royalti dan nilai penjualan nampaknya sudah menjadi jaring uang yang hebat di bisnis ini. Pengarang lagu pun mulai mempertimbangkan pasar pendengarnya dalam mengarang lagu. Lagu dibuat sebagai komoditi ekonomis. Tidak heran jika akhirnya ada band yang dibentuk sebagai "tanaman", ditanam, dirawat, diambil buahnya, lalu dimatikan. Materi jualan musik pun makin hebat.
Media musik kian berkembang, masalah lagu andalan di SIDE A dan lagu tambahan di SIDE B akhirnya lenyap.. sejak ditemukannya teknologi CD. Kehadiran CD bisa melepaskan batasan lagu-lagu andalan dan tambahan tadi. Musik sudah benar-benar menjadi industri besar yang menggiurkan. Bisnis musik makin meledak ketika pada tanggal 1 Agustus 1981, lahir sebuah TV yang khusus memutarkan musik saja, yaitu MTV (Music Television) dengan videoklip pertama yang ditayangkan adalah "Video Kill The Radio Stars". Rasanya video tadi pas dan tepat jika dilihat bahwa kemunculan MTV bisa dibilang pengulangan sejarah saat munculnya musik komersil di radio.
Kemunculan MTV jelas saja disambut baik oleh pebisnis musik di seantero dunia. Karena kehadirannya sebagai kendaraan berjaualan musik mereka. Tidak sedikit band atau musisi yang besar berkat media MTV ini. Yang menjadi uniknya adalah, bahwa bisnis TV adalah bisnis jualan slot iklan dalam durasi tayang. Makin lama durasi yang ditayangkan maka makin mahal pula uang yang harus dibayar. Berbeda dengan MTV, mereka tidak memungut bayaran dari video musik yang ditayangkan. Namun dengan "gaya" gratisan tadi si musisi pemilik video tidak bisa mengatur dan memantau tayangan klipnya. Untuk dapat memantau maka pihak label harus membayar (layaknya pemasangan iklan saja). Yang lebih ironisnya bahwa videoklip yang sering diputar di MTV durasinya antara 3 - 4 menit. Jika ada sebuah video musik dengan durasi 5 - 6 menit, maka siap-siap saja untuk jarang ditayangkan. Begitupun untuk radio. Tidak heran kalau sebuah lagu ada istilah : radio cut atau radio version.
Nah.. sekarang kembali kepada musisi. Untuk apa mereka membuat lagu? ekspresi berseni? atau kebutuhan komoditi ekonomi? Keduanya akan pasti ada. Sebuah produk budaya (film, sastra, musik, komik, grafis dst.) akan selalu muncul menjadi dua sisi yang berbeda :
1. Sisi komersil (barang dagangan)
2. Sisi apresiasi (barang seni)
Di sisi manakah sekarang anda bermusik?
(Foto : Frederick Malcolm Waring)
Sekilas Industri Rekaman
Industri rekaman muncul bersamaan dengan penemuan phonograph pada tahun 1877. Ada tiga pemain besar industri rekaman ini yaitu, VICTOR, COLUMBIA, dan HMV (His Master's Voice) hingga akhir perang dunia II. Saat itu alat rekan (recording) hanya ditujukan kepada pengacara, bisnisman, dan reporter. Fungsi alat rekam ini untuk mempermudah penulis steno. Sayangnya bisnis ini gagal dan alat rekam menjadi mahal yang tidak layak untuk dimiliki.
Tahun 1899 seseorang mempunyai ide brilian, yaitu dengan merekam lagu-lagu klasik ke sebuah plat lalu memasangnya di tempat keramaian dan bisa didengarkan dengan memasukan uang (jukebox). Sejak penemuan alat ini maka beramai-ramai perusahaan gramophone memodifikasi alat-alat mereka untuk kebutuhan hiburan tadi, selain budget pembuatannya menjadi lebih murah. Sejak ini lah bisnis rekaman memasuki wilayah hiburan (entertainment).
Musik, Militer, dan Copyright
Perang Dunia II adalah masa-masa yang menyedihkan, akan tetapi tidak pada bisnis musik. Meningkatnya permintaan alat rekam dan player musik bagi para prajurit di medan perang. Hiburan musik ternyata membantu merilekskan prajurit. Permintaan yang tinggi akhirnya dipenuhi dengan modifikasi plat berukuran 10 inch menjadi 16 inch (untuk durasi kira-kira 15 menit). Kebetulan ukuran 16 inch ini adalah ukuran yang digunakan oleh banyak station radio. Bersamaan dengan itu lah maka hiburan musik di radio makin tinggi. Sayangnya tingginya hiburan radio tidak memberikan keuntungan bagi pemilik lagu.
Untuk pertama kalinya, Fredrick Malcolm Waring, melakukan penuntutan kepada radio station masalah copyright di Pennsylvania. Usaha Fred tidak sia-sia, walaupun pada awalnya tuntutan tersebut tidak digubris namun pada tahun 1942, James Petrillo (President of the American Federation of Musicians), memenangkan royalti bagi para pemegang copyright lagu dari setiap lagu yang digunakan radio.
Kekuasaan Durasi
Jika kita melihat sejarah dan perkembangan musik tadi, nampaknya teknologi alat rekam (recorder) dan alat pemutar (player) musik sangat berpengaruh bagi perkembangan karya musik. Jika kita kembali kepada masa kemunculan musik klasik maka jelas berbeda dengan musik masa modern (industri).
Musik klasik, pada awalnya digunakan pihak gereja sebagai media puji-pujian lantas digunakan sebagai hiburan kerajaan dan pementasan teatrikal. Tak heran jika musik-musik jenis ini tidak "terkungkung" oleh durasi. Begitupun dengan judul dan syair. Judul lagu-lagu pujian cenderung sebagai nama doa dan syair hanya menggunakan naskah doa saja. Sementara untuk musik pengiring teatrikal cukup terbantu dengan naskah cerita saja. Tidak heran jika judul lagu-lagu klasik lebih mirip kode-kode chord yang dimainkan. Saat itulah musik dan pemusik menelurkan karyanya mirip dengan seorang pelukis. Bahwa nada yang dihasilkan mampu memberikan multi-interpretasi.
Berbeda dengan musik-industri, mereka tercipta atas keterbatasan media dan durasi. Sejak musik menggunakan plat 16 inch dengan durasi 15 menit maka saat itu musik mulai dibatasi durasi media (vinyl). Kita mungkin masih ingat jaman kaset. Kaset merupakan industri mapan sejak pergantian media vinyl ke cassette. Budaya bermusik berubah, dari mulai stasiun radio hingga kelahiran walkman.
Kaset, lahir dengan beberapa versi durasi, C-15 (untuk durasi 15 menit) hingga C-90 (untuk durasi 90 menit). Sayangnya dalam pemutar (player) kaset ini membutuhkan dua sisi untuk bisa digunakan, munculah istilah SIDE A dan SIDE B. Pemunculan ini ternyata berdampak pada musisi dan pembuat lagu. Perusahaan rekaman (label) meminta lagu andalan untuk dipasang di side A, sementara lagu sisanya cukup di side B. Pengarang lagu pun mulai khawatir jika musiknya berdurasi lama, perlahan-lahan durasi lagu yang dulunya tidak terbatas oleh durasi mulai (mau tak mau) tunduk kepada aturan durasi dan side kaset tadi. Lagu Supper's Ready-nya Genesis mungkin menjadi lagu terakhir yang terpanjang untuk sebuah lagu dalam kaset. Bagaimana tidak, dengan lagu sepanjang itu satu Side hanya bisa diisi dengan 2 lagu. Artinya, satu kaset durasi 60 menit cuma bisa menampung 4 lagu? Sorry.. secara penjualan akan susah laku. Karena pembeli kaset akan senang bila dalam satu kaset terdapat banyak lagu, kalau perlu bonus track.
Sales, Marketing dan Musik Televisi
Durasi lagu untuk kaset rata-rata berkisar antara 4 - 5 menit, jadi untuk kaset 90 menit maka akan ada sekitar 9 - 10 lagu di tiap side kasetnya. Pada masa ini, bisnis musik benar-benar sudah layak disebut sebagai industri. Bagaimana tidak, penjualan musik mulai memasuki babak mendunia. Band dan musisi bertumbuhan dan hidup layak dari bermusik. Royalti dan nilai penjualan nampaknya sudah menjadi jaring uang yang hebat di bisnis ini. Pengarang lagu pun mulai mempertimbangkan pasar pendengarnya dalam mengarang lagu. Lagu dibuat sebagai komoditi ekonomis. Tidak heran jika akhirnya ada band yang dibentuk sebagai "tanaman", ditanam, dirawat, diambil buahnya, lalu dimatikan. Materi jualan musik pun makin hebat.
Media musik kian berkembang, masalah lagu andalan di SIDE A dan lagu tambahan di SIDE B akhirnya lenyap.. sejak ditemukannya teknologi CD. Kehadiran CD bisa melepaskan batasan lagu-lagu andalan dan tambahan tadi. Musik sudah benar-benar menjadi industri besar yang menggiurkan. Bisnis musik makin meledak ketika pada tanggal 1 Agustus 1981, lahir sebuah TV yang khusus memutarkan musik saja, yaitu MTV (Music Television) dengan videoklip pertama yang ditayangkan adalah "Video Kill The Radio Stars". Rasanya video tadi pas dan tepat jika dilihat bahwa kemunculan MTV bisa dibilang pengulangan sejarah saat munculnya musik komersil di radio.
Kemunculan MTV jelas saja disambut baik oleh pebisnis musik di seantero dunia. Karena kehadirannya sebagai kendaraan berjaualan musik mereka. Tidak sedikit band atau musisi yang besar berkat media MTV ini. Yang menjadi uniknya adalah, bahwa bisnis TV adalah bisnis jualan slot iklan dalam durasi tayang. Makin lama durasi yang ditayangkan maka makin mahal pula uang yang harus dibayar. Berbeda dengan MTV, mereka tidak memungut bayaran dari video musik yang ditayangkan. Namun dengan "gaya" gratisan tadi si musisi pemilik video tidak bisa mengatur dan memantau tayangan klipnya. Untuk dapat memantau maka pihak label harus membayar (layaknya pemasangan iklan saja). Yang lebih ironisnya bahwa videoklip yang sering diputar di MTV durasinya antara 3 - 4 menit. Jika ada sebuah video musik dengan durasi 5 - 6 menit, maka siap-siap saja untuk jarang ditayangkan. Begitupun untuk radio. Tidak heran kalau sebuah lagu ada istilah : radio cut atau radio version.
Nah.. sekarang kembali kepada musisi. Untuk apa mereka membuat lagu? ekspresi berseni? atau kebutuhan komoditi ekonomi? Keduanya akan pasti ada. Sebuah produk budaya (film, sastra, musik, komik, grafis dst.) akan selalu muncul menjadi dua sisi yang berbeda :
1. Sisi komersil (barang dagangan)
2. Sisi apresiasi (barang seni)
Di sisi manakah sekarang anda bermusik?
(Foto : Frederick Malcolm Waring)
Sumber : http://motulz.multiply.com/journal/item/49/Musisi_Hanya_Berkarya_Untuk_Uang
-
Pesan Gw : Komentar Anda Sangat Berarti Untuk Perkembangan BLOG ini...